Kasus yang menimpa Dadang menuai sorotan masyarakat , Ketua GASAK Sukabumi angkat bicara
Mahardikapos | Sukabumi
Dadang (58), warga Sukabumi, mengalami nasib tragis setelah diduga menjadi korban kelalaian penanganan di RS Sagaranten. Berawal dari luka tusukan besi, kondisi Dadang semakin memburuk hingga akhirnya harus menjalani amputasi. Ironisnya, sebulan setelah operasi tersebut, pihak rumah sakit belum juga menyampaikan permintaan maaf secara resmi kepada keluarga korban.
Peristiwa ini bermula ketika Dadang mengalami luka tusukan besi. Ia langsung mencari pertolongan medis di RS Sagaranten. Namun, penanganan yang diberikan diduga tidak memadai sehingga menyebabkan infeksi yang parah. Infeksi yang tak tertangani dengan baik itu akhirnya memaksa dokter untuk mengambil langkah amputasi guna menyelamatkan nyawanya.
Hingga kini, keluarga Dadang merasa kecewa dan menuntut pertanggungjawaban dari pihak rumah sakit. "Kami hanya ingin kejelasan dan itikad baik dari RS Sagaranten," ungkap salah satu anggota keluarga korban.
Penjelasan Pihak RS Sagaranten Saat dikonfirmasi melalui WhatsApp oleh salah satu awak media, Direktur RS Sagaranten menyatakan bahwa penanganan terhadap Dadang sudah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Namun, ia membenarkan bahwa suntikan tetanus tidak diberikan karena stok obat tetanus di RS Sagaranten sedang kosong. "Setelah penanganan awal, kami mengarahkan pasien untuk segera dibawa ke puskesmas agar mendapatkan suntikan tetanus," ujarnya.
Di tempat lain, Ketua Gerakan anak sukabumi anti ketidakadilan (GASAK), Muhammad Heriyanto, yang akrab disapa Kang Ato, angkat bicara. Ia menegaskan bahwa pihak rumah sakit harus bertanggung jawab penuh atas dugaan kelalaian ini. "Ini menyangkut nyawa manusia, bukan hewan. Berdasarkan kronologi, pasien sempat dibawa ke puskesmas sebelum dirujuk ke RS Sagaranten. Namun, jawaban dari seorang direktur rumah sakit kelas RSUD seperti ini tidak masuk akal. GASAK akan mengawal kasus ini hingga tuntas," tegasnya.
Desakan Masyarakat dan Aparat Penegak Hukum Kasus ini mendapat perhatian luas dari masyarakat Sukabumi. Banyak pihak mendesak Aparat Penegak Hukum (APH) untuk mengusut tuntas dugaan kelalaian penanganan yang menyebabkan hilangnya salah satu anggota tubuh Dadang. Mereka berharap investigasi dilakukan secara menyeluruh untuk memastikan penanganan kasus ini adil dan transparan.
Masyarakat juga menuntut agar RS Sagaranten tidak hanya memberikan permintaan maaf, tetapi juga kompensasi yang layak serta perbaikan layanan medis.
Kasus Dadang ini diharapkan menjadi pelajaran bagi RS Sagaranten dan fasilitas kesehatan lainnya agar memberikan pelayanan medis yang profesional dan bertanggung jawab. Keselamatan dan kesehatan pasien harus selalu menjadi prioritas utama dalam setiap tindakan medis.
(Tim)